Makna Idul Adha dan Doa Menyambutnya

Setiap tahunnya, umat muslim di seluruh dunia merayakan keistimewaan Hari Raya Idul Adha atau 70 hari setelah Idul Fitri. Mungkin Anda sudah cukup familiar menyebut Idul Adha dengan dinamakan lebaran haji juga istilah Idul Qurban. Istilah Idul Qurban memang sudah cukup populer dan identik di Indonesia. Namun, apa makna Idul Adha yang sesungguhnya? Untuk mengetahui jawabannya, mari simak penjelasan lengkap mengenai makna dan doa menyambut Idul Adha melalui artikel ini.


Makna Idul Adha

Melansir laman resmi Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), Idul Adha bukan sekadar tentang hari perayaan tapi juga merupakan hari yang sangat istimewa dalam memaknai cinta dan pengabdian, sekaligus memberikan kebermanfaat bagi masyarakat. Karena pada dasarnya umat muslim disunnahkan untuk memberikan kebermanfaat bagi masyarakat, karena secara hakikat, itu makna sesungguhnya dari Hari Raya Idul Fitri.


Karena itu, Idul Adha dimaknai sebagai bentuk ketaqwaan, bentuk sosial antar umat manusia, dan peningkatan kualitas diri. Dalam hal ini, ketaqwaan berkaitan dengan ketaatan seorang Hamba kepada Sang Pencipta dalam upaya menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam hal ini, Nabi Ibrahim memiliki tingkat rasa ketaqwaan yang tinggi, sebab dirinya tetap melaksanakan perintah-Nya, sekalipun itu menyembelih anaknya sendiri. Atas ketaqwaan Nabi Ibrahim, kemudian Allah SWT menggantikan anaknya untuk disembelih dengan seekor domba.


Artinya, penyembelihan hewan kurban yang insya Allah kita pun ikut melaksanakannya. kurban bermakna melakukan sembelihan hewan kurban yang dilakukan pada momen Idul qurban. Baik hari nahr tanggal 10 Zulhijah ataupun hari tasyrik tanggal 11-13 Zulhijah.


Ibadah penyembelihan hewan kurban yang dilakukan dengan cara menyembelih hewan kurban pada hakikatnya adalah bentuk ekspresi keimanan dan ketakwaan atas perintah Allah SWT. Pengamalan kurban ini bersifat ta’abbudi dan harus sesuai dengan petunjuk Allah dan rasul-Nya. Memang secara fisik yang disembelih adalah hewan kurbannya, tetapi hakikat yang sampai pada-Nya adalah bentuk ketakwaan.


Kata qurban itu berasal dari bahasa Arab qaraba-yuqaribu-qurbanan-qaribun, yang artinya dekat. Dengan begitu, sahabat karib berarti teman dekat. Makna kurban dalam istilah di sini berarti kita berusaha menyingkirkan hal-hal yang dapat menghalangi upaya mendekatkan diri kita pada Allah SWT. Penghalang mendekatkan itu adalah berhala dalam berbagai bentuknya, seperti ego, nafsu, cinta kekuasaan, cinta harta-benda dan lain-lainnya secara berlebihan.


Dalam konteks Idul Adha, pesan mendasar dalam perintah tersebut adalah agar manusia tidak sesat dalam menjalani hidup. Untuk itu, harus selalu menjalin kedekatan dengan Allah SWT. dan merasakan kebersamaan dengan-Nya setiap saat. Karena manusia mudah sekali teperdaya oleh kenikmatan sesaat yang dijumpai dalam perjalanan hidupnya, maka Allah memberikan metode dan bimbingan untuk selalu melihat kompas kehidupan berupa salat dan zikir agar kapal kehidupan tidak salah arah.


Dalam konteks sosial antar umat manusia, pada hari raya Idul Adha bisa dilihat melalui proses pembagian daging kurban kepada para fakir miskin. Agama Islam mengajarkan kita untuk tetap mengedepankan rasa solidaritas dengan sesama manusia. Semntara, Dalam konteks Idul Adha, dimaknai sebagai peningkatan Kualitas Diri, dalam hal ini berkaitan dengan sikap empati, kesadaran diri, hingga pengendalian diri sebagai akhlak terpuji seorang Muslim.


Lantas, bagaimana dengan makna lebaran haji? Umat muslim di Indonesia memang identik menyebut Idul Adha sebagai lebaran haji. lebaran haji dijelaskan sebagai hari raya pada tanggal 10 Dzulhijjah sebagai puncaknya ibadah Haji yang dilaksanakan oleh umat Islam atau 70 hari setelah Idul Fitri.


Terkait asal usul istilah lebaran haji ini ternyata ada berbagai versi yang sudah ada sejak zaman dahulu. Melansir laman resmi Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), Idul Adha merupakan gabungan dari kata idul dan adha. Id diambil dari bahasa Arab aada (yauudu) yang artinya kembali. Sedangkan, Adha diambil dari kata adhat yang berasal dari kata udhiyah, artinya kurban. Jadi, Idul Adha bisa diartikan kembali berkurban atau hari raya penyembelihan hewan kurban.


Lantas, mengapa di Indonesia menyebut Idul Adha sebagai lebaran haji? Kementerian Agama juga menjelaskan bahwa Idul Adha menandai dua selebrasi rutin (annual celebration) bagi umat Islam, yaitu penyelenggaraan ibadah haji dan ibadah kurban. Itulah sebabnya, Idul Adha sering disebut dengan lebaran haji karena perayaannya bertepatan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci.


Bagi umat Islam yang berkesempatan menunaikan ibadah haji, kurban termasuk bagian dari prosesi haji itu sendiri. Namun, bagi umat Islam di Tanah Air dan negara lain, tanggal 10 Dzulhijjah diperingati dengan melaksanakan shalat Ied berjamaah yang dilanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban.


Sehari sebelumnya, yaitu pada 9 Dzulhijjah, jemaah haji di Tanah Suci wajib melaksanakan wukuf di Padang Arafah. Melansir laman resmi Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), wukuf di Padang Arafah merupakan rukun puncak ibadah haji.


Pada hari itu, semua jemaah haji berkumpul di Padang Arafah untuk berdoa dan berdzikir hingga matahari terbenam. Selanjutnya, para jemaah haji menuju Muzdalifah untuk bermalam di sana.


Doa Menyambut Idul Adha

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwa Setiap tahunnya, umat muslim di seluruh dunia merayakan keistimewaan Hari Raya Idul Adha atau 70 hari setelah Idul Fitri. Di hari raya Idul Adha, selain kita dianjurkan untuk bertakbir, shalat Ied, dan berkurban, ada juga doa yang bisa kita baca. Rasulullah Saw juga berdoa menyambut hari itu. Lalu, bagaimanakah bunyi doa Rasulullah Saw menyambut hari raya Idul Adha?


Berikut doa yang dibaca oleh Rasulullah sambut hari raya Idul Adha, yaitu:


يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ ، لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ ، فَاكْفِنِي شَأْنِي كُلَّهُ ، وَلا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ Ya hayyu ya qoyyum la ilaha illa anta birohmatika astaghitsu fakfini sya’ni kullahu wala takilni ila nafsi thorfata ‘ainin.


Artinya: “Wahai zat yang Hidup dan Mengurusi semua makhluk, tiada Tuhan selain Engkau, dengan rahmatMu aku memohon pertolongan, cukupkan padaku semua urusanku dan dan jangan Engkau pasrahkan diriku kepada kemampuanku sendiri walau sekejap mata.”


Doa di atas bersumber dari hadis riwayat Imam Thabrani dari Jabir bin Abdillah, ia berkata:


رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى الْقَرْنِ يَعْنِي قَرْنَ الثَّعَالِبِ يَوْمَ النَّحْرِ وَهُوَ يَقُولُ : يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ فَاكْفِنِي شَأْنِي كُلَّهُ وَلا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ


Saya melihat Rasullullah Saw sedang berada di atas tanduk pada hari kurban (Idul Adha) sambil beliau berdoa; ‘Ya hayyu ya qoyyum la ilaha illa anta birohmatika astaghitsu fakfini sya’ni kullahu wala takilni ila nafsi thorfata ‘ainin.’

Baca juga: Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1444H / 2023 M

Tentu doa di atas juga bisa kita amalkan ketika menyambut hari raya Idul Adha setiap tahunnya.


Bagi Anda yang ingin mulai mempersiapkan amalan untuk menyambut Idul Adha, Anda bisa terus membaca artikel yang dibagikan saifullahwiki.com. Laman saifullahwiki bisa jadi salah satu referensi bagi Anda yang ingin menambah literiasi mengenai hari raya! Anda dapat temukan lokasi berita menarik terupdate melalui artikel yang dibagikan di laman saifullahwiki.com, Jadi baca informasi lengkapnya lainnya juga!

Posting Komentar untuk "Makna Idul Adha dan Doa Menyambutnya"